Karya Ilmiah
Pengertian Karya Ilmiah
“Karangan ilmiah merupakan suatu karangan atau tulisan
yang diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya dan didasari oleh hasil
pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut
metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isisnya
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya/ keilmiahannya.”—Eko Susilo, M.
1995:11
Tujuan dari pembuatan karangan ilmiah, antara lain :
1.
Memberi penjelasan
2.
Memberi komentar atau penilaian
3.
Memberi saran
4.
Menyampaikan sanggahan
5.
Membuktikan hipotesa
Karya ilmiah adalah suatu karya dalam bidang ilmu
pengetahuan (science) dan teknologi yang berbentuk ilmiah. Suatu karya
dapat dikatakan ilmiah apabila proses perwujudannya lewat metode ilmiah. Jonnes (1960)
memberikan ketentuan ilmiah, antara lain dengan sifat fakta yang disajikan dan
metode penulisannya.
Bila fakta yang disajikan berupa fakta umum yang
obyektif dan dapat dibuktikan benar tidaknya serta ditulis secara ilmiah, yaitu
menurut prosedur penulisan ilmiah, maka karya tulis tersebut dapat
dikategorikan karya ilmiah, sedangkan bilamana fakta yang disajikan berupa
dakta pribadi yang subyektif dan tidak dapat dibuktikan benar tidaknya serta
tidak ditulis secara ilmiah, karya tulis tersebut termasuk karya tulis non
ilmiah.
Bentuk Karya Ilmiah
Dalam karya ilmiah dikenal antara lain berbentuk
makalah, report atau laporan ilmiah yang dibukukan, dan buku
ilmiah.
1. Karya Ilmiah Berbentuk Makalah
Makalah pada umumnya disusun untuk penulisan didalam publikasi
ilmiah, misalnya jurnal ilmu pengetahuan, proceeding untuk
seminar bulletin, atau majalah ilmu pengetahuan dan sebagainya. Maka ciri pokok
makalah adalah singkat, hanya pokok-pokok saja dan tanpa daftar isi.
2. Karya Ilmiah Berbentuk Report/ Laporan Ilmiah Yang
Dibukukan
Karya ilmiah jenis ini biasanya ditulis untuk
melaporkan hasil-hasil penelitian, observasi, atau survey yang dilakukan oleh
seseorang atau kelompok orang. Laporan ilmiah yang menjadi persyaratan akademis
di perguruan tinggi biasanya disebut Skripsi, yang biasanya dijadikan
persyaratan untuk karya ilmiah jenjang S1, Tesis untuk jenjang S2, dan
Disertasi untuk jenjang S3.
3. Buku Ilmiah
Buku ilmiah adalah karya ilmiah yang tersusun dan
tercetak dalam bentuk buku oleh sebuah penerbit buku umum untuk dijual secara
komersial di pasaran. Buku ilmiah dapat berisi pelajaran khusus sampai ilmu
pengetahuan umum yang lain.
Ciri-Ciri Karya Ilmiah
1. Struktur Sajian
Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya
terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan
bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti
merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari
beberapa bab atau subtopik. Bagian penutup merupakan kesimpulan pokok
pembahasan serta rekomendasi penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut.
2. Komponen dan Substansi
Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan
jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti,
penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal
mempersyaratkan adanya abstrak.
3. Sikap Penulis
Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang
disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan
banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama
atau kedua.
4. Penggunaan Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa
baku yang tercermin dari pilihan kata / istilah, dan kalimat-kalimat yang
efektif dengan struktur yang baku.
Macam-Macam Karya Ilmiah
1. Skripsi; adalah karya tulis
(ilmiah) mahasiswa untuk melengkapi syarat mendapatkan gelar sarjana (S1).
Skripsi ditulis berdasarkan pendapat (teori) orang lain. Pendapat tersebut
didukung data dan fakta empiris-obyektif, baik berdasarkan penelitian langsung,
observasi lapangan / penelitian di laboratorium, ataupun studi kepustakaan.
Skripsi menuntut kecermatan metodologis hingga menggaransi ke arah sumbangan
material berupa penemuan baru.
2. Tesis; adalah jenis karya
tulis dari hasil studi sistematis atas masalah. Tesis mengandung metode
pengumpulan, analisis dan pengolahan data, dan menyajikan kesimpulan serta
mengajukan rekomendasi. Orisinalitas tesis harus nampak, yaitu dengan
menunjukkan pemikiran yang bebas dan kritis. Penulisannya baku dan tesis
dipertahankan dalam sidang. Tesis juga bersifat argumentative dan dihasilkan
dari suatu proses penelitian yang memiliki bobot orisinalitas tertentu.
3. Disertasi; adalah karya tulis
ilmiah resmi akhir seorang mahasiswa dalam menyelesaikan program S3 ilmu
pendidikan. Disertasi merupakan bukti kemampuan yang bersangkutan dalam
melakukan penelitian yang berhubungan dengan penemuan baru dalam salah satu
disiplin ilmu pendidikan.
Sikap Ilmiah
Dalam penulisan karya ilmiah, terdapat 7 sikap ilmiah
yang merupakan sikap yang harus ada. Sikap-sikap ilmiah tersebut adalah sebagai
berikut :
1) Sikap ingin tahu
Sikap ingin tahu ini terlihat pada kebiasaan bertanya
tentang berbagai hal yang berkaitan dengan bidang kajiannya.
2) Sikap kritis
Sikap kritis ini terlihat pada kebiasaan mencari
informasi sebanyak mungkin berkaitan dengan bidang kajiannya untuk
dibanding-banding kelebihan -kekurangannya, kecocokan-tidaknya,
kebenaran-tidaknya, dan sebagainya.
3) Sikap obyektif
Sikap objektif ini terlihat pada kebiasaan menyatakan
apa adanya, tanpa diikuti perasaan pribadi.
4) Sikap ingin menemukan
Selalu memberikan saran-saran untuk eksperimen baru.
Kebiasaan menggunakan eksperimen-eksperimen dengan cara yang baik dan
konstruktif. Selalu memberikan konsultasi yang baru dari pengamatan yang
dilakukannya.
5) Sikap menghargai karya orang lain
Sikap menghargai karya orang lain ini terlihat pada
kebiasaan menyebutkan sumber secara jelas sekiranya pernyataan atau pendapat
yang disampaikan memang berasal dari pernyataan atau pendapat orang lain.
6) Sikap tekun
Tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia
mengulangi eksperimen yang hasilnya meragukan, tidak akan berhenti melakukan
kegiatan-kegiatan apabila belum selesai. Terhadap hal-hal yang ingin
diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti.
7) Sikap terbuka
Sikap terbuka ini terlihat pada kebiasaan mau
mendengarkan pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain, walaupun
pada akhirnya pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain tersebut
tidak diterima karena tidak sepaham atau tidak sesuai.
Contoh karya ilmiah :
KARYA ILMIAH
PENGARUH
GLOBALISASI TERHADAP EKSISTENSI KEBUDAYAAN DAERAH
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak
terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global
itu. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat
akselerasi proses globalisasi ini.
Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan.Globalisasi menciptakan
berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam
upaya memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan. Globalisasi sendiri
merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar dua puluh tahun yang lalu, dan
mulai begitu populer sebagai ideologi baru sekitar lima atau sepuluh tahun
terakhir. Sebagai istilah, globalisasi begitu mudah diterima atau dikenal
masyarakat seluruh dunia. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan
pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah
dunia secara mendasar.
Globalisasi sering diperbincangkan oleh banyak orang, mulai dari para pakar
ekonomi, sampai penjual iklan. Dalam kata globalisasi tersebut mengandung suatu
pengetian akan hilangnya satu situasi dimana berbagai pergerakan barang dan
jasa antar negara diseluruh dunia dapat bergerak bebas dan terbuka dalam
perdagangan. Dan dengan terbukanya satu negara terhadap negara lain, yang masuk
bukan hanya barang dan jasa, tetapi juga teknologi, pola konsumsi, pendidikan,
nilai budaya dan lain-lain. Konsep akan globalisasi menurut Robertson (1992),
mengacu pada penyempitan dunia secara insentif dan peningkatan kesadaran kita
akan dunia, yaitu semakin meningkatnya koneksi global dan pemahaman kita akan
koneksi tersebut.
Di
sini penyempitan dunia dapat dipahami dalam konteks institusi modernitas dan
intensifikasi kesadaran dunia dapat dipersepsikan refleksif dengan lebih baik
secara budaya.Globalisasi memiliki banyak penafsiran dari berbagai sudut
pandang. Sebagian orang menafsirkan globalisasi sebagai proses pengecilan dunia
atau menjadikan dunia sebagaimana layaknya sebuah perkampungan kecil. Sebagian
lainnya menyebutkan bahwa globalisasi adalah upaya penyatuan masyarakat dunia
dari sisi gaya hidup, orientasi, dan budaya. Pengertian lain dari globalisasi
seperti yang dikatakan oleh Barker (2004) adalah bahwa globalisasi merupakan
koneksi global ekonomi, sosial, budaya dan politik yang semakin mengarah ke
berbagai arah di seluruh penjuru dunia dan merasuk ke dalam kesadaran kita.
Produksi global atas produk lokal dan lokalisasi produk global Globalisasi
adalah proses dimana berbagai peristiwa, keputusan dan kegiatan di belahan dunia
yang satu dapat membawa konsekuensi penting bagi berbagai individu dan
masyarakat di belahan dunia yang lain.(A.G. Mc.Grew, 1992).
Proses perkembangan globalisasi pada awalnya ditandai kemajuan bidang teknologi
informasi dan komunikasi. Bidang tersebut merupakan penggerak globalisasi.Dari
kemajuan bidang ini kemudian mempengaruhi sektor-sektor lain dalam kehidupan,
seperti bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Contoh sederhana
dengan teknologi internet, parabola dan TV, orang di belahan bumi manapun akan
dapat mengakses berita dari belahan dunia yang lain secara cepat. Hal ini akan
terjadi interaksi antarmasyarakat dunia secara luas, yang akhirnya akan saling
mempengaruhi satu sama lain, terutama pada kebudayaan daerah,seperti kebudayaan
gotong royong,menjenguk tetangga sakit dan lain-lain. Globalisasi juga
berpengaruh terhadap pemuda dalam kehidupan sehari-hari, seperti budaya
berpakaian, gaya rambut dan sebagainya
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Dalam perkembangannya globalisasi menimbulkan berbagai masalah dalam bidang
kebudayaan,misalnya :
1.
Hilangnya budaya asli suatu daerah,
2.
Terjadinya erosi nilai-nilai budaya,
3.
Menurunnya rasa nasionalisme dan
patriotism,
4.
Hilangnya sifat kekeluargaan dan gotong
royong,
5.
Kehilangan kepercayaan diri – gaya hidup
kebarat-baratan
C. RUMUSAN MASALAH
Adanya globalisasi menimbulkan berbagai masalah terhadap eksistensi kebudayaan
daerah, salah satunya adalah terjadinya penurunan rasa cinta terhadap
kebudayaan yang merupakan jati diri suatu bangsa, erosi nilai-nilai budaya,
terjadinya akulturasi budaya yang selanjutnya berkembang menjadi budaya massa.
BAB III
PEMBAHASAN
A. GLOBALISASI DAN BUDAYA
Gaung globalisasi, yang sudah mulai terasa sejak akhir abad ke-20, telah
membuat masyarakat dunia, termasuk bangsa Indonesia harus bersiap-siap menerima
kenyataan masuknya pengaruh luar terhadap seluruh aspek kehidupan bangsa.Salah
satu aspek yang terpengaruh adalah kebudayaan.
Terkait dengan kebudayaan, ke budayaan
dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat
ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal.
Atau kebudayaan juga dapat didefinisikan sebagai wujudnya, yang mencakup gagasan
atau ide, kelakuan dan hasil kelakuan (Koentjaraningrat), dimana hal-hal
tersebut terwujud dalam kesenian tradisional kita. Oleh karena itu nilai-nilai
maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan atau psikologis, yaitu
apa yang terdapat dalam alam pikiran.
Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa
tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran
orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang
adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan Bagi bangsa Indonesia
aspek kebudayaan merupakan salah satu kekuatan bangsa yang memiliki kekayaan
nilai yang beragam, termasuk keseniannya.Kesenian rakyat, salah satu bagian
dari kebudayaan bangsa Indonesia tidak luput dari pengaruh globalisasi.
Globalisasi dalam kebudayaan dapat berkembang dengan cepat, hal ini tentunya
dipengaruhi oleh adanya kecepatan dan kemudahan dalam memperoleh akses
komunikasi dan berita namun hal ini justru menjadi bumerang tersendiri dan
menjadi suatu masalah yang paling krusial atau penting dalam globalisasi, yaitu
kenyataan bahwa perkembangan ilmu pengertahuan dikuasai oleh negara-negara
maju, bukan negara-negara berkembang seperti Indonesia. Mereka yang memiliki
dan mampu menggerakkan komunikasi internasional justru negara-negara maju.
Akibatnya, negara-negara berkembang, seperti Indonesia selalu khawatir akan
tertinggal dalam arus globalisai dalam berbagai bidang seperti politik, ekonomi,
sosial, budaya, termasuk kesenian kita. Wacana globalisasi sebagai sebuah
proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar.
Komunikasi dan transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas
budaya setiap bangsa.Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada
globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara
menyeluruh. Simon Kemoni, sosiolog asal Kenya mengatakan bahwa globalisasi
dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai
budaya. Dalam proses alami ini, setiap bangsa akan berusaha menyesuaikan budaya
mereka dengan perkembangan baru sehingga mereka dapat melanjutkan kehidupan dan
menghindari kehancuran. Tetapi, menurut Simon Kimoni, dalam proses ini,
negara-negara harus memperkokoh dimensi budaya mereka dan memelihara struktur
nilai-nilainya agar tidak dieliminasi oleh budaya asing.
Dalam rangka ini, berbagai bangsa haruslah mendapatkan informasi ilmiah yang
bermanfaat dan menambah pengalaman mereka. Terkait dengan seni dan budaya,
Seorang penulis asal Kenya bernama Ngugi Wa Thiong’o menyebutkan bahwa perilaku
dunia Barat, khususnya Amerika seolah-olah sedang melemparkan bom budaya terhadap
rakyat dunia. Mereka berusaha untuk menghancurkan tradisi dan bahasa pribumi
sehingga bangsa-bangsa tersebut kebingungan dalam upaya mencari indentitas
budaya nasionalnya. Penulis Kenya ini meyakini bahwa budaya asing yang berkuasa
di berbagai bangsa, yang dahulu dipaksakan melalui imperialisme, kini dilakukan
dalam bentuk yang lebih luas dengan nama globalisasi.
B. GLOBALISASI DALAM KEBUDAYAAN TRADISIONAL DI INDONESIA
Proses saling mempengaruhi adalah gejala yang wajar dalam interaksi antar
masyarakat. Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia
ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum Indonesia
terbentuk) telah mengalami proses dipengaruhi dan mempengaruhi. Kemampuan berubah
merupakan sifat yang penting dalam kebudayaan manusia.Tanpa itu kebudayaan
tidak mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang senantiasa berubah.
Perubahan yang terjadi saat ini berlangsung begitu cepat.Hanya dalam jangka
waktu satu generasi banyak negara-negara berkembang telah berusaha melaksanakan
perubahan kebudayaan, padahal di negara-negara maju perubahan demikian
berlangsung selama beberapa generasi.
Pada hakekatnya bangsa Indonesia, juga bangsa-bangsa lain, berkembang karena
adanya pengaruh-pengaruh luar. Kemajuan bisa dihasilkan oleh interaksi dengan
pihak luar, hal inilah yang terjadi dalam proses globalisasi. Oleh karena itu,
globalisasi bukan hanya soal ekonomi namun juga terkait dengan masalah atau isu
makna budaya dimana nilai dan makna yang terlekat di dalamnya masih tetap
berarti..Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dalam berbagai
hal, seperti anekaragaman budaya, lingkungan alam, dan wilayah
geografisnya.Keanekaragaman masyarakat Indonesia ini dapat dicerminkan pula
dalam berbagai ekspresi keseniannya.
Dengan perkataan lain, dapat dikatakan pula bahwa berbagai kelompok masyarakat
di Indonesia dapat mengembangkan keseniannya yang sangat khas. Kesenian yang
dikembangkannya itu menjadi model-model pengetahuan dalam masyarakat.
C. PERUBAHAN BUDAYA DALAM GLOBALISASI : KESENIAN YANG
BERTAHAN DAN YANG TERSISIHKAN
Perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni perubahan
dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari
nilai-nilai yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai dan norma social
merupakan salh satu dampak dari adanya globalisasi. Ilmu pengetahuan dan
teknologi telah mengubah dunia secara mendasar.Komunikasi dan sarana transportasi
internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa.Kebudayaan
setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia
sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Misalnya saja khusus dalam
bidang hiburan massa atau hiburan yang bersifat masal, makna globalisasi itu
sudah sedemikian terasa. Sekarang ini setiap hari kita bisa menyimak tayangan
film di tv yang bermuara dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat,
Jepang, Korea, dll melalui stasiun televisi di tanah air. Belum lagi siaran tv
internasional yang bisa ditangkap melalui parabola yang kini makin banyak
dimiliki masyarakat Indonesia. Sementara itu, kesenian-kesenian populer lain
yang tersaji melalui kaset, vcd, dan dvd yang berasal dari manca negara pun
makin marak kehadirannya di tengah-tengah kita. Fakta yang demikian memberikan
bukti tentang betapa negara-negara penguasa teknologi mutakhir telah berhasil
memegang kendali dalam globalisasi budaya khususnya di negara ke tiga.
Peristiwa transkultural seperti itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap
keberadaan kesenian kita. Padahal kesenian tradisional kita merupakan bagian
dari khasanah kebudayaan nasional yang perlu dijaga kelestariannya. Di saat
yang lain dengan teknologi informasi yang semakin canggih seperti saat ini,
kita disuguhi oleh banyak alternatif tawaran hiburan dan informasi yang lebih
beragam, yang mungkin lebih menarik jika dibandingkan dengan kesenian
tradisional kita. Dengan parabola masyarakat bisa menyaksikan berbagai tayangan
hiburan yang bersifat mendunia yang berasal dari berbagai belahan bumi.
Kondisi yang demikian mau tidak mau membuat semakin tersisihnya kesenian
tradisional Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia yang sarat akan
pemaknaan dalam masyarakat Indonesia. Misalnya saja bentuk-bentuk ekspresi
kesenian etnis Indonesia, baik yang rakyat maupun istana, selalu berkaitan erat
dengan perilaku ritual masyarakat pertanian. Dengan datangnya perubahan sosial
yang hadir sebagai akibat proses industrialisasi dan sistem ekonomi pasar, dan
globalisasi informasi, maka kesenian kita pun mulai bergeser ke arah kesenian
yang berdimensi komersial. Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai
tersingkir dan kehilangan fungsinya.Sekalipun demikian, bukan berarti semua
kesenian tradisional kita lenyap begitu saja. Ada berbagai kesenian yang masih
menunjukkan eksistensinya, bahkan secara kreatif terus berkembang tanpa harus
tertindas proses modernisasi. Pesatnya laju teknologi informasi atau teknologi
komunikasi telah menjadi sarana difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga
alternatif pilihan hiburan yang lebih beragam bagi masyarakat luas.Akibatnya
masyarakat tidak tertarik lagi menikmati berbagai seni pertunjukan tradisional
yang sebelumnya akrab dengan kehidupan mereka.Misalnya saja kesenian
tradisional wayang orang Bharata, yang terdapat di Gedung Wayang Orang Bharata
Jakarta kini tampak sepi seolah-olah tak ada pengunjungnya. Hal ini sangat
disayangkan mengingat wayang merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional
Indonesia yang sarat dan kaya akan pesan-pesan moral, dan merupakan salah satu
agen penanaman nilai-nilai moral yang baik, menurut saya. Contoh lainnya adalah
kesenian Ludruk yang sampai pada tahun 1980-an masih berjaya di Jawa Timur
sekarang ini tengah mengalami “mati suri”. Wayang orang dan ludruk merupakan
contoh kecil dari mulai terdepaknya kesenian tradisional akibat
globalisasi.Bisa jadi fenomena demikian tidak hanya dialami oleh kesenian Jawa
tradisional, melainkan juga dalam berbagai ekspresi kesenian tradisional di
berbagai tempat di Indonesia.Sekalipun demikian bukan berarti semua kesenian
tradisional mati begitu saja dengan merebaknya globalisasi. Di sisi lain, ada
beberapa seni pertunjukan yang tetap eksis tetapi telah mengalami perubahan
fungsi.
Ada pula kesenian yang mampu beradaptasi dan mentransformasikan diri dengan
teknologi komunikasi yang telah menyatu dengan kehidupan masyarakat, misalnya
saja kesenian tradisional “Ketoprak” yang dipopulerkan ke layar kaca oleh kelompok
Srimulat.
Kenyataan di atas menunjukkan kesenian ketoprak sesungguhnya memiliki penggemar
tersendiri, terutama ketoprak yang disajikan dalam bentuk siaran televisi,
bukan ketoprak panggung.Dari segi bentuk pementasan atau penyajian, ketoprak
termasuk kesenian tradisional yang telah terbukti mampu beradaptasi dengan
perubahan zaman. Selain ketoprak masih ada kesenian lain yang tetap bertahan
dan mampu beradaptasi dengan teknologi mutakhir yaitu wayang kulit. Beberapa
dalang wayang kulit terkenal seperti Ki Manteb Sudarsono dan Ki Anom Suroto
tetap diminati masyarakat, baik itu kaset rekaman pementasannya, maupun
pertunjukan secara langsung. Keberanian stasiun televisi Indosiar yang sejak
beberapa tahun lalu menayangkan wayang kulit setiap malam minggu cukup sebagai
bukti akan besarnya minat masyarakat terhadap salah satu khasanah kebudayaan
nasional kita. Bahkan Museum Nasional pun tetap mempertahankan eksistensi dari
kesenian tradisonal seperti wayang kulit dengan mengadakan pagelaran wayang
kulit tiap beberapa bulan sekali dan pagelaran musik gamelan tiap satu minggu
atau satu bulan sekali yang diadakan di aula Kertarajasa, Museum Nasional.
D. PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP BUDAYA BANGSA
Arus globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan
budaya bangsa Indonesia .Derasnya arus informasi dan telekomunikasi ternyata
menimbulkan sebuah kecenderungan yang mengarah terhadap memudarnya nilai-nilai
pelestarian budaya.
Perkembangan 3T (Transportasi, Telekomunikasi, dan Teknologi) mengkibatkan
berkurangnya keinginan untuk melestarikan budaya negeri sendiri .Budaya
Indonesia yang dulunya ramah-tamah, gotong royong dan sopan berganti dengan
budaya barat, misalnya pergaulan bebas.
Di
Tapanuli (Sumatera Utara) misalnya, duapuluh tahun yang lalu, anak-anak
remajanya masih banyak yang berminat untuk belajar tari tor-tor dan tagading
(alat musik batak). Hampir setiap minggu dan dalam acara ritual kehidupan,
remaja di sana selalu diundang pentas sebagai hiburan budaya yang meriah. Saat
ini, ketika teknologi semakin maju, ironisnya kebudayaan-kebudayaan daerah
tersebut semakin lenyap di masyarakat, bahkan hanya dapat disaksikan di
televisi dan Taman Mini Indonesi Indah (TMII).
Padahal kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut, bila dikelola dengan baik selain
dapat menjadi pariwisata budaya yang menghasilkan pendapatan untuk pemerintah
baik pusat maupun daerah, juga dapat menjadi lahan pekerjaan yang menjanjikan
bagi masyarakat sekitarnya. Hal lain yang merupakan pengaruh globalisasi adalah
dalam pemakaian bahasa indonesia yang baik dan benar (bahasa juga salah satu
budaya bangsa).
Sudah lazim di Indonesia untuk menyebut orang kedua tunggal dengan Bapak, Ibu,
Pak, Bu, Saudara, Anda dibandingkan dengan kau atau kamu sebagai pertimbangan
nilai rasa. Sekarang ada kecenderungan di kalangan anak muda yang lebih suka
menggunakan bahasa Indonesia dialek Jakarta seperti penyebutan kata gue (saya)
dan lu (kamu). Selain itu kita sering dengar anak muda mengunakan bahasa
Indonesia dengan dicampur-campur bahasa inggris seperti OK, No problem dan
Yes’, bahkan kata-kata makian (umpatan) sekalipun yang sering kita dengar di
film-film barat, sering diucapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kata-kata ini
disebarkan melalui media TV dalam film-film, iklan dan sinetron bersamaan
dengan disebarkannya gaya hidup dan fashion . Gaya berpakaian remaja Indonesia
yang dulunya menjunjung tinggi norma kesopanan telah berubah mengikuti
perkembangan jaman. Ada kecenderungan bagi remaja putri di kota-kota besar
memakai pakaian minim dan ketat yang memamerkan bagian tubuh tertentu. Budaya
perpakaian minim ini dianut dari film-film dan majalah-majalah luar negeri yang
ditransformasikan kedalam sinetron-sinetron Indonesia . Derasnya arus
informasi, yang juga ditandai dengan hadirnya internet, turut serta
`menyumbang` bagi perubahan cara berpakaian. Pakaian mini dan ketat telah
menjadi trend dilingkungan anak muda.Salah satu keberhasilan penyebaran
kebudayaan Barat ialah meluasnya anggapan bahwa ilmu dan teknologi yang
berkembang di Barat merupakan suatu yang universal.Masuknya budaya barat (dalam
kemasan ilmu dan teknologi) diterima dengan `baik`. Pada sisi inilah
globalisasi telah merasuki berbagai sistem nilai sosial dan budaya Timur
(termasuk Indonesia ) sehingga terbuka pula konflik nilai antara teknologi dan
nilai-nilai ketimuran.
E. PENGARUH DAN DAMPAK YANG DITIMBULKAN GLOBALISASI
TERHADAP MASYARAKAT MAJENE
a. Pengaruh Globalisasi Terhadap jati diri di
Kalangan Generasi Muda Majene.
Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan
muda.Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda kita
kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia.Hal ini ditunjukkan dengan
gejala-gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari anak muda sekarang. Dari
cara berpakaian banyak remaja-remaja kita yang berdandan seperti selebritis
yang cenderung ke budaya Barat. Padahal cara berpakaian tersebut jelas- jelas tidak
sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat
beraneka warna. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan
mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.
Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas
dan dapat diakses oleh siapa saja.Apa lagi bagi anak muda, internet sudah
menjadi santapan mereka sehari- hari. Jika digunakan secara semestinya tentu
akan memperoleh manfaat yang berguna. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan
mahasiswa yang menggunakan tidak semestinya.Misal untuk membuka situs-situs
porno, bahkan sampai terkena penipuan.Bukan hanya internet saja, ada lagi
pegangan wajib mereka yaitu hand phone, apalagi sekarang ini mulai muncul hand
phone yang berteknologi tinggi.Mereka justru berlomba-lomba untuk memilikinya,
tapi kita lihat alat musik kebudayaan kita belum tentu mereka mengetahuinya.Hal
ini jika kita lihat dari segi sosial, maka kepedulian terhadap masyarakat
menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih kesibukan dengan menggunakan
handphone tersebut.
Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak tahu sopan
santun dan cenderung tidak peduli terhadap lingkungan.Karena globalisasi
menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati
mereka. Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, mau apa jadinya generasi muda
bangsa? Moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkhis antara
golongan muda. Hubungannya dengan nilai jati diri akan berkurang karena tidak
ada rasa cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa peduli terhadap
masyarakat. Padahal generasi muda adalah penerus masa depan bangsa. Apa
akibatnya jika penerus bangsa tidak memiliki jati diri?
Marilah kita Mengembalikan Jati Diri Bangsa Indonesia, terima globalisasi
dengan rasa kritis dan banyak melakukan hal positif dalam menggunakan
globalisasi yang ada sekarang ini.Sebagai masyarakat Indonesia mulai dari
sekarang kita utamakan produk dalam negeri dan kenali kebudayaan kita.
b. Dampak Positif Globalisasi Terhadap Masyarakat
Majene.
1. Dilihat dari aspek globalisasi politik, pemerintahan
dijalankan secara terbuka dan demokratis, karena pemerintahan adalah bagian
dari suatu negara. Jika pemerintahan dijalankan secara jujur, bersih dan
dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif
tersebut berupa jati diri terhadap negara menjadi meningkat dan kepercayaan
masyarakat akan mendukung yang dilakukan oleh pemerintahan.
2. Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar
internasional, meningkatkan kesempatan kerja yang banyak dan meningkatkan
devisa suatu negara. Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan kehidupan
ekonomi bangsa yang dapat menunjang kehidupan nasional dan akan mengurangi
kehidupan miskin.
3. Dari aspek globalisasi sosial budaya, kita dapat meniru pola
berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin serta Iptek dari
negara lain yang sudah maju untuk meningkatkan kedisplinan bangsa yang pada
akhirnya memajukan bangsa serta akan mempertebal jati diri kita terhadap
bangsa. Serta kita juga dapat bertukar ilmu pengetahuan tentang budaya suatu
bangsa.
c. Dampak Negatif Globalisasi Terhadap Masyarakat
Majene.
1. Aspek politik, Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat
Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga
tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi
liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya jati diri bangsa akan luntur
dan tidak mungkin lagi bangsa kita akan terpecah belah.
2. Aspek Globalisasi ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap
produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri (mainan, minuman,
makanan, pakaian, dll) membanjiri Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap
produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya jati diri bangsa kita. Maka
hal ini akan menghilangkan beberapa perusahaan kecil yang memang khusus
memproduksi produk dalam negeri.
3. Masyarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas
diri sebagai bangsa Indonesia dimana dilihat dari sopan santun mereka yang
mulai berani kepada orang tua, hidup metal, hidup bebas, dll. Justru anak muda
sekarang sangat mengagungkan gaya barat yang sudah masuk ke bangsa kita dan
semakin banyak yang cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia
dianggap sebagai kiblat.
4. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara
yang kaya dan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi.
Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan yang dapat mengganggu kehidupan
nasional bangsa. Serta menambah angka pengangguran dan tingkat kemiskinan suatu
bangsa.
5. Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan
ketidakpedulian sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak
akan peduli dengan kehidupan bangsa. Padahal jati diri bangsa kita dahulu
mengutamakan Gotong Royong, tapi kita sering lihat sekarang contohnya saja di
perumahan / komplek elit, mereka belum tentu mengenal sesamanya. Dari hal
tersebut saja sudah tercermin tidak adanya kepedulian, karena jika tidak kenal
maka tidak sayang.
Dampak di atas akan perlahan-lahan mempengaruhi kehidupan bangsa Indonesia,
Akan tetapi secara keseluruhan aspek dapat menimbulkan rasa nasionalisme
terhadap bangsa menjadi berkurang atau luntur.
Sebab globalisasi mampu membuka cakrawala masyarakat Indonesia secara
global.Apa yang ada di luar negeri dianggap baik memberi aspirasi kepada
masyarakat kita untuk diterapkan di negara kita.
Bila dilaksanakan belum tentu sesuai di Indonesia. Bila tidak dilaksanakan akan
dianggap tidak aspiratif dan dapat bertindak anarkis sehingga mengganggu
stabilitas nasional, ketahanan nasional bahkan persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia.
F. TINDAKAN YANG MENDORONG TIMBULNYA GLOBALISASI
KEBUDAYAAN DAN CARA MENGANTISIPASI ADANYA GLOBALISASI KEBUDAYAAN
Peran kebijaksanaan pemerintah yang lebih mengarah kepada
pertimbangan-pertimbangan ekonomi daripada cultural atau budaya dapat dikatakan
merugikan suatu perkembangan kebudayaan. Jennifer Lindsay (1995) dalam bukunya
yang berjudul ‘Cultural Policy And The Performing Arts In South-East Asia’,
mengungkapkan kebijakan kultural di Asia Tenggara saat ini secara efektif
mengubah dan merusak seni-seni pertunjukan tradisional, baik melalui campur
tangan, penanganan yang berlebihan, kebijakan-kebijakan tanpa arah, dan tidak
ada perhatian yang diberikan pemerintah kepada kebijakan kultural atau konteks
kultural.
Dalam pengamatan yang lebih sempit dapat kita melihat tingkah laku aparat
pemerintah dalam menangani perkembangan kesenian rakyat, di mana banyaknya
campur tangan dalam menentukan objek dan berusaha merubah agar sesuai dengan
tuntutan pembangunan.Dalam kondisi seperti ini arti dari kesenian rakyat itu
sendiri menjadi hambar dan tidak ada rasa seninya lagi.Melihat kecenderungan
tersebut, aparat pemerintah telah menjadikan para seniman dipandang sebagai
objek pembangunan dan diminta untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan
simbol-simbol pembangunan.
Hal ini tentu saja mengabaikan masalah pemeliharaan dan pengembangan kesenian
secara murni, dalam arti benar-benar didukung oleh nilai seni yang mendalam dan
bukan sekedar hanya dijadikan model saja dalam pembangunan.
Dengan demikian, kesenian rakyat semakin lama tidak dapat mempunyai ruang yang
cukup memadai untuk perkembangan secara alami atau natural, karena itu, secara
tidak langsung kesenian rakyat akhirnya menjadi sangat tergantung oleh
model-model pembangunan yang cenderung lebih modern dan rasional. Sebagai
contoh dari permasalahan ini dapat kita lihat, misalnya kesenian asli daerah
Betawi yaitu, tari cokek, tari lenong, dan sebagainya sudah diatur dan
disesuaikan oleh aparat pemerintah untuk memenuhi tuntutan dan tujuan
kebijakan-kebijakan politik pemerintah.
Aparat pemerintah di sini turut mengatur secara normatif, sehingga kesenian
Betawi tersebut tidak lagi terlihat keasliannya dan cenderung dapat
membosankan. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak dikehendaki terhadap
keaslian dan perkembangan yang murni bagi kesenian rakyat tersebut, maka
pemerintah perlu mengembalikan fungsi pemerintah sebagai pelindung dan pengayom
kesenian-kesenian tradisional tanpa harus turut campur dalam proses
estetikanya. Memang diakui bahwa kesenian rakyat saat ini membutuhkan dana dan
bantuan pemerintah sehingga sulit untuk menghindari keterlibatan pemerintah dan
bagi para seniman rakyat ini merupakan sesuatu yang sulit pula membuat
keputusan sendiri untuk sesuai dengan keaslian (oroginalitas) yang diinginkan
para seniman rakyat tersebut.
Oleh karena itu pemerintah harus ‘melakoni’ dengan benar-benar peranannya
sebagai pengayom yang melindungi keaslian dan perkembangan secara estetis
kesenian rakyat tersebut tanpa harus merubah dan menyesuaikan dengan
kebijakan-kebijakan politik.
Globalisasi informasi dan budaya yang terjadi menjelang millenium baru seperti
saat ini adalah sesuatu yang tak dapat dielakkan.Kita harus beradaptasi
dengannya karena banyak manfaat yang bisa diperoleh. Harus diakui bahwa
teknologi komunikasi sebagai salah produk dari modernisasi bermanfaat besar
bagi terciptanya dialog dan demokratisasi budaya secara masal dan merata.
Globalisasi mempunyai dampak yang besar terhadap budaya. Kontak budaya melalui
media massa menyadarkan dan memberikan informasi tentang keberadaan nilai-nilai
budaya lain yang berbeda dari yang dimiliki dan dikenal selama ini. Kontak
budaya ini memberikan masukan yang penting bagi perubahan-perubahan dan
pengembangan-pengembangan nilai-nilai dan persepsi dikalangan masyarakat yang
terlibat dalam proses ini. Kesenian bangsa Indonesia yang memiliki kekuatan
etnis dari berbagai macam daerah juga tidak dapat lepas dari pengaruh kontak
budaya ini.Sehingga untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap
perubahan-perubahan diperlukan pengembangan-pengembangan yang bersifat global
namun tetap bercirikan kekuatan lokal atau etnis.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar